BUDAYA ORGANISASI
1. Pengertian dan fungsi budaya organisasi
Pengertian:
Budaya organisasi
(Luthans, 2007) adalah nilai dan norma bersama yang menuntun perilaku para
anggota organisasi.
Budaya organisasi
(Glinow & McShane, 2007) terdiri atas nilai dan asumsi bersama dalam
organisasi.
Menurut Piti
Sithi Amnuai (Seorang CEO Bangkok Bank), secara umum budaya organisasi dapat
diartikan sebagai “A set of basic
assumption and belief that are shared by members of an organization, being
developed as they learn to cope with problems of external adaption and internal
integration”.
Dan seorang CEO
Starbucks, Howard Schult, mengatakan bahwa budaya organisasi adalah “Kebiasaan
kerja yang seluruh manajemen dan karyawan suatu perusahaan yang telah diterima
sebagai standar perilaku kerja, serta membuat mereka terikat secara emosional.
(Schein, 1992)
menguraikan bahwa budaya organisasi dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan. Tingkat
pertama, tingkah laku dan artifak, merupakan perwujudan yang dapat diamati.
Tingkat kedua, nilai-nilai, tidak dapat dilihat tetapi terungkap melalui pola
perilaku tertentu. Tingkat ketiga, merupakan tingkatan yang dalam yang
mendasari nilai-nilai, yaitu keyakinan (beliefs),
yang terdiri dari berbagai asumsi dasar.
Fungsi:
Budaya organisasi
dapat berfungsi sebagai:
1. identitas,
yang merupakan ciri atau karakter organisasi;
2.
pengikat/pemersatu (social cohesion), seperti orang berbahasa sunda bergaul
dengan orang sunda, atau orang yang hobi olahraga yang sama;
3. sumber
(sources), misalnya inspirasi;
4. sumber penggerak
dan pola perilaku;
Fungsi budaya
organisasi. Pertama, budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal itu berarti
bahwa budaya organisasi menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi
dengan yang lain. Kedua, budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi
anggota-anggota organisasi. Ketiga, budaya organisasi mempermudah timbulnya
pertumbuhan komitmen pada sesuat yang lebih luas daripada kepentingan diri
individual. Keempat, budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan sistem
sosial (Robbins, 2001).
Budaya organisasi
mempunyai empat fungsi dasar (Nelson dan Quick, 1997), yaitu: (a) perasaa
identitas dan menambah komitmen organisasi, (b) alat pengorganisasian anggota,
(c) menguatkan nilai-nilai dalam organisasi, dan (d) mekanisme kontrol atas
perilaku.
Dengan demikian,
fungsi budaya organisasi adalah sebagai perekat dalam mempersatukan anggota
dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai
yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Hal tersebut dapat
berfungsi pula sebagai kontrol perilaku para karyawan.
Budaya organisasi
memiliki beberapa fungsi, pertama berperan sebagai pembatas yang membedakan
antara suatu organisasi yang lain. Kedua, memberi bentuk identitas bagi para
anggota organisasi. Ketiga, mempermudah untuk membangkitkan komitmen pada
sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individual. Keempat, meningkatkan
stabilitas sistem sosial karena budaya merupakan perekat sosial yang membantu
menyatukan organisasi dengan menyediakan standar tentnag apa yang harus
dikatakan dan dilakukan karyawan. Kelima, budaya memberi alasan dan mekanisme
kontrol yang mengarahkan dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
2. Tipologi budaya organisasi
Cara lain untuk
menggambarkan perbedaan antarnegara (atau sistem sosial lain) adalah melalui
tipologi sebagai ganti dimensi. Sebuah tipologi menggambarkan sejumlah tipe
ideal, yang masing-masing mudah dibayangkan. Membagi negara menjadi pertama,
Kedua, dan Ketiga merupakan contoh tipologi.
Dalam praktik,
tipologi dan model dimensional dapat dianggap sebagai pelengkap. Model dimensional
lebih disukai untuk penelitian tapi tipologi lebih disukai tujuan pengajaran. Bacaan
ini akan menggunakan sejenis tipologi untuk menjelaskan kelima dimensi.
Daftar Pustaka
Wulandari,
Antonina Panca Y. Relasi dengan dunia. Jakarta: Gramedia: 2005.
Chatab, Nevizond.
Diagnostic Management. Jakarta: Serambi ilmu semesta: 2007.
Moeljono,Dr. Djokosantoso. Cultured! Budaya
organisasi dalam tantangan. Jakarta: Gramedia: 2005.
Drs. Nurkolis, M.M. Manajemen berbasis sekolah. Jakarta:Grasindo:
2002.
Davis, Keith dan John W. Newstro. Perilaku dalam
organisasi: jilid 1. jakarta: erlangga: 2003.
Kartakusumah,Berliana. Pemimpin adiluhung genealogi
kepemimpinan kontemporer. Jakarta:Mizan:2006.
Dr. Abdul djamil. Perlawanan kiai desa. Jogjakarta:
LkiS: 2001.